Perkenalan Dari Gym
Dewasa8 - Suatu hari cutiku di Bandung, aku menyempatkan diri untuk fitness, menjaga kondisi badanku. Aku kerja di Jakarta, di sebuah event organizer ternama. Hampir setiap dua hari sekali sehabis pulang kerja aku pergi fitness di sebuah hotel dengan peralatan fitness yg lengkap. Maklum, pekerjaanku membutuhkan vitalitas tinggi.
Perkenalan Dari Gym |
Maka walaupun libur di Bandung atau tepatnya pulang ke kampung halaman, aku tak pernah melewatkan olahrag aku. Kuperkenalkan dirikua, aku Ariyo, biasa dipanggil Riyo. Usiaku 30 tahun, dan belom menikah. Tentunya hal ini merupakan keuntunganku untuk bisa menikmati masa bujang lebih lama, having fun dan get a life.
Sebenarnya tujuan fitnessku semula iseng, ingin melihat perempuan-perempuan sexy berpakaian ketat (baju senam), tapi akhirnya terasa manfaatnya, otot perutku rata, bisep dan trisepku terbentuk, sampai membuatku percaya diri. Tapi tentunya kegiatanku ngeceng perempuan berpakaian sexy tak pernah kulewatkan. Sambil menyelam minum air.
Ok, akhirnya kupilih sebuah hotel di bilangan Asia Afrika. Aku membiasakan tak langsung pulang ke
rumahku. Satu hari cutiku, kumanfaatkan untuk menikmati Bandung sendirian dari pada dengan orang-orang rumah. Orang tuaku termasuk old fashion, yang penuh dengan aturan ketat, walaupun ku sadar hal itulah yang dapat membuatku hidup mandiri.
Hari itu masih sore sekitar pukul 16.30 WIB. Setelah aku cek in dan beristirahat sebentar, kumanfaatkan fasilitas fitness gratisku. Aku mulai mengganti bajuku dengan celana pendek dan tshirt tanpa lengan.
Ketika aku memasuki ruang fitness, aku melihat sekeliling, masih agak kosong. Cuma ada beberapa pria di beberapa alat. Hmm, this is not my lucky day, pikirku sambil berjalan menuju sepeda statis. Ku kayuh sepeda itu sekitar lima menit dan beralih ke beberapa alat lainnya.
Sepuluh menit menjelang pukul lima sore, satu, dua perempuan masuk. Ok, this isn’t my unlucky day
after all. Aku makin semangat menarik beban. Diikuti beberapa perempuan lainnya, yang tentunya berpakain senam, warna-warni, ada yang memakai celana panjang cutbray dan kaos ketat, short pants dan atasan model sport bra, menambah indahnya pemandangan tempat fitness tersebut.
Beberapa di antara mereka ada yang duduk, ada yg ngobrol, cekikikan dan mencoba beberapa alat. Oh, mungkin mereka mau ber-aerobic, pikirku. Betul saja ketika seorang perempuan berpakaian seperti mereka masuk dan menotak-ngatik tape compo dan terdengarlah suara musik house dgn tempo cepat. Masing-masing mereka menyusun barisan dan mulai bergerak mengikuti instruktur. Gerakan demi gerakan mereka ikuti. Masih pemanasan.
Tiba-tiba seorang perempuan masuk, sangat cantik dibanding mereka, tinggi 165 kira-kira, rambut panjang diikat buntut kuda, memakai pakaian senam bahan lycra mengkilat warna krem dgn model tank top dan g-string di bokongnya. Bongkahan bokongnya tertutup lycra ketat warna krem lebih muda, sesampai menyerupai warna kulit tangannya yg kuning langsat sampai kaki yg tertutup kaos kaki dan sepatu.
Woow, sangat seksi. Tak sengaja kulihat bagian dadanya karena handuk yg menggantung di pundak ditaruhnya dikursi dekat dengan alat yang kupakai. Tonjolan putingnya terlihat jelas sekali, menghiasi tonjolan indah yg kira-kira 36B ukurannya. Sedikit melirik ke arahku lalu akhirnya mencari barisan yang masih kosong dan mengikuti gerakan instruktur. Dadaku berdegup kencang pada saat dia melirik walaupun cuma sedetik.
Gerakan demi gerakan instruktur diikutinya, mulai dari gerakan pemanasan sampai gerakan cepat melompat-lompat sesampai bongkahan buah dadanya bergerak turun naik. Gagangku mulai membengkak seiring dengan lincahnya gerakan si dia. Mataku terus tertuju pada si dia. Posisiku kebetulan sekali membentuk 45 derajat dari samping kirinya agak ke belakang.
Betapa beruntungnya diriku. Sampai akhirnya dia melakukan gerakan pendinginan. Keringat membasahi bajunya, tercetak jelas di punggung dan dadanya sesampai tonjolan puting itu terlihat jelas sekali, ketika dia memutar badan ke kiri dan ke kanan.
Sampai akhirnya aku dibuat malu. Ketika aku memperhatikan dia, dia pun memperhatikanku lewat pantulan kaca cermin yang berada di depannya ketika aku mengalihkan pandangang ke kaca. Dia tersenyum kepadaku lewat pantulan cermin. Entah berapa lama dia memandangku sebelom aku sadar dipandangi.
Aku langsung memalingkan muka dan beranjak dari alat yang kupakai. Aku segera berganti pakaian untuk berenang. Segera kuceburkan diri untuk mendinginkan otak. Dua atau tiga balikan kucoba berganti gaya sampai akhirnya balikan ke empat gaya punggung, kepalaku menabrak seseorang dan terjatuh menyelam ke air.
Sama-sama kita berbalik dan setelah berbalik ku sadar yang kusengol adalah bokongnya si dia yg telah berganti pakaian renang, potongan high cut dipinggul dengan warna floral biru yang seksi. Kini tonjolan putingnya tersembunyi dibalik cup baju renangnya membuatku sedikit kecewa.
"Eh, maaf Mbak, nggak kelihatan, habis gaya punggung sih" kataku meminta maaf.
"Nggak kok Mas, aku yg salah, nggak lihat jalur orang berenang," jawabnya sambil mengusap muka dan rambutnya ke belakang.
Si dia tersenyum kembali ke arahku, sambil lirikan matanya menyapu dari muka sampai bagian pusarku.
"Kenalan dong, aku Ariyo, biasa dipanggil Riyo," kataku sambil menyodorkan tangan.
"Dijabatnya tanganku sambil berkata Elsya, lengkapnya Aurelsya," jawabnya.
Kita menepi ke bibir kolam, sambil mencelupkan diri se batas leher masing-masing. Kita duduk bersampingan.
"Baru disini Mas?" Elsya mulai lagi membuka pembicaraan.
"Iya, tapi jangan panggil Mas, Riyo aja cukup kok. Aku asli Bandung, tapi memang baru. Aku kerja di Jakarta. Kamu Sya?", ku balik bertanya.
"Aku asli Bandung juga, kerja di bank B**, jadi CS. Deket sini. Aku biasa aerobic dan renang disini, duahari sekali, yg ada jadwal aerobicnya saja".
Pembicaraan kita berkembang dari hal kerjaan mengarah ke hal-hal yg lebih pribadi. Elsya baru putus dengan pacarnya, kira-kira dua minggu yang lalu. Keluarga pacarnya tak setuju dengan Elsya dan pacarnya dijodohkan dengan orang lain pilihan keluarganya. Agak sedih Elsya bercerita sampai..
"Sya, balapan yuk ke seberang, gaya bebas," ajakku.
"Hayo..siapa takut?", jawabnya.
Kita berdua berlomba sampai sebrang. Aku sedikit curang dengan mendorong bahunya ke belakang sesampai Elsya sedikit tertinggal. Pada saat aku duluan di seberang.
"Ari, kamu curang, kamu curang," rengeknya sambil memukul-mukul tanganku.
Aku tertawa-tawa dan bergerak mundur menjauhi Elsya. Dia mengejarku, sampai akhirnya"Byurr" aku terjatuh kebelakang. Kakiku menyenggol kakiknya sampai diapun terjatuh dan kita berdua tak sengaja berpelukan. Dadanya yg empuk menyentuh dadaku, membuat gagangku kembali membengkak.
Ketika sama-sama berdiri, kita masih berpelukan walau agak renggang. Kita saling pandang, kemudian Elsya memelukku kembali. Kesempatan ini tidak ku sia-siakan dengan balas memeluknya. Udara Bandung yang dingin pada sore yang beranjak malam tersebut, menambah kuatnya pelukan kita.
Gagangku yang sedari tadi mengeras menyentuh perut bagian bawahnya Elsya, atau tepatnya diatas kemaluan Elsya sedikit. Bokong Elsya bergerak mendorong, sampai gagangku geli terjepit antara perut Elsya dan perutku. Berulang-ulang Elsya melakukan itu, sesampai darahku berdesir.
"Emhh," Elsya bergumam.
Sadar aku berada di tempat umum, walaupun kolam renang agak sepi cuma ada tiga orang selain kita, membuatku agak sedikit melepaskan pelukan.
"Sya, mending kita sauna yuk," ajakku menetralkan suasana.
Elsya terlihat agak kecewa dengan sikapku yang sengaja kulakukan.
"Oke," jawabnya singkat.
Kita berdua mengambil handuk di kursi pinggir kolam dan berjalan bersamaan, menuju ruang sauna yang tak jauh dari kolam renang. Terbayang apa yang dilakukan Elsya saat di kolam, membuatku menerawang jauh menyusun rencana dengan Elsya selanjutnya.
"Kosong," kataku dalam hati melihat ruang sauna.
Kita berdua masuk, dan aku sengaja mengambil tempat duduk dekat pintu, sesampai orang lain tak dapat melihat kita berdua lewat jendela kecil pintu sauna.
"Sya," belom sempat aku bicara, Elsya menciumku.
Bibir kita saling berpagut melakukan french kiss. Penetrasi lidah Elsya di mulutku, menunjukkan dia sangat berpengalaman. Tangan Elsya memegang dadaku, kemudian mengusap menyusuri perut sampai pada gagangku yang sudah berdiri dari tadi. Elsya meremas gagangku yg masih terbungkus celana renang, sementara kuremas dua gunung montok. Betapa kenyal dan kencang sekali buah dadanya.
Temperatur ruang sauna menambah panasnya hawa disana. Kubalik Elsya membelakangiku. Kuciumi
tengkuknya, dan ku remas buah dadanya.
"Emhh..Riyo..ahh," Elsya melenguh. Ku susupkan tanganku ke buah dadanya, dari celah baju renangnya. Ku pilih putingnya dan membuat Elsya sedikit menggelinjang. Untungnya ruangan sauna kedap suara.
"Riyo, aku butuh kamu Riyo malam ini saja," Elsya berbisik di telingaku.
"Lanjutkan di kamarku yuk," ajakku.
"Kamu cek in di mana?," tanyanya dgn muka sedikit gembira.
"Dekat daerah sini,"ujarku.
Satu-satu kita keluar dari ruang sauna. Elsya bergegas ke ruang ganti. Begitupun diriku. Setelah siap, Elsya menenteng tasnya dan kita pun berjalan bersamaan. Kita berjalan sambil memeluk pinggang masing-masing, layaknya sepasang kekasih yg sudah lama pacaran. Setelah mengambil key card dari recepsionist, kita naik ke kamarku di 304.
Setelah masuk, pintu ditutup dan langsung kita merebahkan diri di ranjang. Untung ku pilih tempat tidur sharing. Elsya masih memakai baju seragam banknya, lengkap dengan blazer, sepatu hak tinggi dan stocking hitam menggoda.
Elsya di bawah sementara aku diatasnya menciumi bibirnya. Sesekali kujilat leher dan telinganya. Elsya meracau memanggil-manggil namaku. Kubuka blazernya. Dari blouse putih tipis yg masih menempel, terlihat jelas puting berwarna coklat menerawang. Hmm, sengaja tak memakai bra pikirku. Kubuka kancingnya satu persatu. Kujilati dadanya. Lidahku menyapu dua bukit kembarnya yg mengencang.
Rambutku diusapnya sambil dia melenguh dan memanggil namaku berkali-kali. Sesekali kugigit putingnya. Roknya kusingkapkan, ternyata dibalik stocking hitamnya itu, Elsya tak memakai CD lagi. Ku jilat kemaluan Elsya yg masih terhalang stocking.
Noda basah di bibir kemaluan tercetak jelas di pantyhosenya. Elsya semakin menggelinjang. Ku gigit sobek bagian yg menutupi kemaluannya yg basah. Kujilati labia mayoranya. Perlahan kusapu bibir kemaluan merah merekah itu. Kucari klitorisnya dan kumainkan lidahku di sana. Elsya mengejang hebat, tanda klimaks pertamanya.
"Emhh Arryy..ahh," Elsya sedikit berteriak tertahan.
"Makasih sayang..benar-benar nikmat," tambah Elsya.
"Pokoknya ganti stocking ku mahal nih," Elsya merengek sambil cemberut.
"Oke, tapi puaskan dulu aku ya," jawabku sambil rebahan di ranjang.
Elsya kemudian berbalik dan berada di atasku. Blouse terbuka yg masih menempel itu disingkirkannya. Sampai terpampanglah dua bukit menggantung di atasku. Kemaluan basah Elsya terasa di perutku. Rok yg tersingkap dilepasnya lewat atas. Tinggal stocking yg masih menempel, sepatunya pun telah lepas.
Elsya kembali menciumiku. Lidahnya menyapu dadaqu dan putingku. Sesekali digigitnya, membuatku juga menggelinjang kegelian. Kemudian lidahnya menyapu perutku sampai sampai ke gagang kemaluanku yg tegak. Elsya mengocoknya perlahan. Ujung lidahnya menari di lubang kencingku.
Rasa hangat itu terasa manakala lidahnya menyapu seluruh permukaan kemaluanku. Seluruh gagang kemaluanku terbenam di mulut Elsya. Sambil dikocok, keluar masuk mulutnya Elsya. Hampir terasa puncakku tercapai, ku dorong Elsya menjauhi kemaluanku, aqu bangun dan berlutut di belakang Elsya.
"Masukkin Ry, fuck me please, Ohh..arrghh..Arryyoo," Elsya berteriak seiring dengan masuknya gagang kemaluanku sedikit-demi sedikit lewat celah stocking yg kugigit tadi.
"Bless," Bokong Elsya bergerak maju mundur, demikian juga bokongku, saling berlawanan.
"Oh..ooh..ahh..ahh..God..fuck me harder..Aaahh..Riyo..yes," begitulah kalimat tak beraturan dari mulut Elsya, bersamaan dgn semakin capatnya gerakanku. Ku remas-remas bongkahan bokong seksinya. Elsya menjilati jari-jarinya sendiri.
"Mmhh..Aaahh..mmh," desah Elsya yg membuatku semakin bernafsu untuk menggenjot bokongku.
Kemudian kita berganti posisi. Aku berbaring dan Elsya berada di atasku. Elsya mengambil ancang- ancang untuk memasukkan kemaluanku ke dalam kemaluan basahnya. Elsya terlebih dahulu mengusap-usapkan kemaluanku di bibir kemaluannya. Aku makin kelojotan dengan perlakuan Elsya. Centi demi centi kemaluanku dilahap kemaluan Elsya.
" Blessh," lengkap sudah kemaluanku dilahap kemaluannya.
Elsya bergerak turun naik beraturan. Buah dadanya bergoyang turun naik pula. Pemandangan indah terebut tak kulewatkan saat badanku bangun dan wajahku menghampiri buah dadanya. Kuremas dua gunung kembar yg begoyang mengikuti irama siempunya. Kujilati dan kusedot bergantian.
" Errgh..erghh..ahh," Elsya mendesah tanda menikmati genjotannya sendiri.
Kini kutarik badan Elsya sesampai ikut berbaring di atas badanku. Ku mulai menggenjot bokongku dari bawah. Elsya terdiam dan menengadahkan kepalanya dan sesaat kemudian Elsya berteriak meracau.
" Arrgghh..oohh..aah..enakkhh..aahh..nikmathh..ooh," serunya.
Kuyakin posisi seperti ini membuatnya merasakan sensasi yg tiada duanya. 5 menit dengan posisi seperti itu, Elsya mengejang dan berteriak panjang.
"Aarrgghh..Uuuhh..Riyo..aahh," tanda dia mencapai klimaks.
Terlepas kemaluanku dari kemaluannya tatkala Elsya ambruk di sisiku. Elsya ngos-ngosan kecapean. Kini giliranku untuk mendapatkan kepuasan dari Elsya. Kubalik badan penuh keringat yg mengkilat terkena cahaya lampu. Sungguh seksi sekali dia saat itu.
Kubuka kedua kakiknya, dan ku lucuti stocking hitam yg masih menempel di kakinya yg mulus. Terlihat indah kaki nan putih mulus dari bokong sampai betis. Kujilati lubang dubur Elsya, dan membuat dia sedikit mengangkat bokongnya keatas.
"Please..Riyo..not now..Give me a break..Ohh," ratapnya ketika mendapat perlakuanku.
Aku tak mempedulikan ratapannya. Justru aku semakin gila dengan perlakuanku, menjilati lubang duburnya dan membuat penetrasi di lubangnya dengan lidahku. Area perineumnya pun tak luput ku jilati. Sampai akhirnya kuputuskan untuk mensodomi Elsya, karena kulihat lubang dubur Elsya agak sedikit besar dibanding orang yg belom pernah disodomi.
"Sya, siap ya," kataku sambil mengusapkan ludahku di kemaluan yg masih berdiri tegak.
"Apa..mau apa Ry..kamu ma..aahh..Riyo..Jangan..aahh," belom selesai Elsya bicara, aku telah menancapkan kemaluanku di duburnya begitu hangat, sempit dan lembut.
Kutarik kembali perlahan dan kumasukkan lagi. Iramanya ku percapat. Elsya pasrah dan meracau tak
karuan.
"Ehhmm..gimana..ehm.. enak..Sya?" tanyaku sambil menggenjot bokong Elsya seksi nan aduhai.
"Ohh..Arriieh..aagh..nikmat rii..ah..Shitt..C’mon..harder baby," jawabnya.
Sepuluh menit aku memompa gagang kemaluanku di duburnya, terasa cairan air mani sudah ada di ujung kepala kemaluanku. Buru-buru kutarik keluar kemaluanku dan kubalik Elsya menghadapku. Sambil kukocok, air maniku muncrat di muka Elsya.
Elsya yg tak siap menerima air maniku di mukanya, mengelengkan kepala kiri dan kanan, sampai air maniku membasahi rambut dan pipinya. Sampai akhrinya mulutnya terbuka dan sisa semprotan air maniku masuk di mulutnya. Setelah air maniku habis, dia mengulum kemaluanku. Aku yg masih merasa geli namun nikmat, semakin menikmati sisa-sisa klimaks panjangku.
"Good..Thank you dear..Elsya," kataku sesaat setelah roboh ke samping Elsya.
"Curang lagi kamu Ry..Tau gitu ku minum semuanya..kasi tau kek mau mucrat di muka," Elsya cemberut menjawabnya.
Aku cuma tersenyum. Tak terasa kita bercinta cukup lama, sampai jam 10 malam. Akhirnya Elsya memutuskan untuk bermalam di kamarku. Kita masih melakukannya beberapa kali sampai subuh. Toh, hari itu akhir pekan dan Elsya memang libur di hari Sabtu. Pertemuan pertama itulah pula yg membuat kita berpacaran selama 6 bulan sampai akhirnya kita putus.
Post a Comment