Coba-coba Iseng Untuk Berselingkuh, Akhirnya.....

Singkat cerita perselingkuhan kami karena sering berhubungan lewat handphone. Aku terus terang tentang statusku yang sudah beristri tapi tampaknya tidak masalah bagi dia, katanya banyak berteman banyak berkahnya. Tapi aku memintanya untuk menghubungiku hanya siang dengan alasan takut istriku salah sangka. hubungan kami terus makin akrab walau hanya lewat handphone. Ada perasaan romantis setiap kali berbicara di handphone dengan Reni.

Coba-coba Iseng Untuk Berselingkuh, Akhirnya.....
Coba-coba Iseng Untuk Berselingkuh, Akhirnya.....

Reni orangnya enak diajak ngobrol apapun pasti nyambung. Reni pun tampaknya menikmati perhatianku. Walau tinggalnya tidak terlalu jauh, aku biasa mengiriminya kartu pos yang isinya seringkali memuji suaranya, bibirnya atau alisnya yang tebal atau yang isinya berupa ucapan terimakasih atas persahabatan unik kami. Melihat tanggapan Reni yang hangat, yang mulanya iseng mulai berpikir kenapa aku tidak jadikan dia selingkuhanku.

Tiga bulan setelah pertemuan pertama, aku mengajaknya ketemuan. Kami janji bertemu disebuah mall di daerah cijantung. Rabu sore aku duduk di McDonald's menunggu Reni, jam 17.45 WIB gadis itu muncul. Blue jeans ketat membentuk pinggul, pantat dan pahanya. T-shirt ketat bertulis merk motor jepang membungkus tubuhnya. Buah dadanya terlihat sedang. Padahal yang paling aku kagumi dari wanita adalah buah dada yang besar menantang seperti rizki pritasari. Tapi it’s oke mumpung Reni menyukaiku. Kami ngobrol dan seperti pertemuan pertama gadis ini memang memikat saat sedang “ribut”.

Sepanjang pertemuan itu Reni tidak menolak sewaktu kupegang tangannya, menyentuh kakinya. dia bahkan melap mulutku yang katanya belepotan saos. Mendapat angin aku semakin yakin kalau ia memang menyukaiku. aku mengantarnya pulang kekontrakannya di cibubur. Reni memintaku singgah sebentar. Kuterima ajakannya, rumahnya kecil ruangnya ada tiga seperti umumnya kontrakan di Jakarta.

Suasana romantis yang sudah tercipta sejak di mall cijantung tadi membuat udara di ruang tamu menyesakkan dadaku. Situasi rumah memancing kelakianku. Aku harus mengakhiri pertemuan ini dengan kesan yang dalam. Mata Reni menatapku berharap aku memulai sesuatu. Aku pura-pura mau kekamar kecil. Reni mengantarku kedalam dan berjalan didepanku. Sampai diruang tengah yang adalah kamar tidurnya, kutarik tangannya, tubuh kami berhadapan.

"Kenapa mas?" aku tak menjawab pertanyaannya, kutarik tubuhnya, tidak ada perlawanan. Kucium bibirnya, kukulum lembut terasa aroma burger dimulutnya.

Bibirnya yang seksi terasa manis. Reni mulai membalas kulumanku, lidahku menusuk menjelajahi mulutnya. Tubuhku terangsang pengakuan Reni, ia belum pernah bercinta, jadinya aku merasa tertantang untuk membimbing dan memberinya kepuasan yang tak akan terlupa. Lama kami berpagut, Reni menikmati pagutan panas kami. Aku merasakan tubuhnya memanas.

Kulepas T-shirtnya, Reni menurut. BH Reni berwarna pink, seperti yang kubayangkan susunya sedang, agak menyembul karena BH-nya yang agak ketat. Kujilati lehernya Reni menggelinjang kegelian.

"Ehhh..geli mas," pelukan Reni mengencang.
"Aaahh..aahhhh," tubuhnya bergerak-gerak erotis dalam pelukanku membuat nafsuku terus bergerak naik.

Kulepas jeans-nya, Reni pasrah dia bahkan membantuku melepas celananya. CD berwarna hitam.

"hhhmmm..warna kesukaanku, seksi.." kubimbing tubuhnya ke kasur yang terletak diujung ruangan, (Reni tdk punya ranjang) kurebahkan tubuhnya. Aku tersenyum menatapnya. Reni membelai rambutku.
"Aku mencintaimu Reni," rayuku menciumi wajahnya.
"Reni juga mas," aku mulai bergerilya diatas tubuhnya kujilati lagi lehernya, bagian tubuh wanita yang paling gampang membuat membuat mereka kegelian.
Kutelusuri dadanya menuju belahan susunya. Tanganku masuk kebalik BH-nya. kucubit nakal putingnya, Reni meringis lalu mencubit pundakku. Kulepas BH-nya sekarang dan semua terpampang indah dihadapanku. Kunikmati susu itu, Reni mengelinjang keenakan. Darahku mendidih aku turun menjilati, menciumi perutnya, kami terbawa suasan panas.

Aku heran kok Reni membiarkan pintu rumahnya terbuka dan tidak takut ketahuan orang lain. Yang aku perhatikan ada beberapa rumah lain dekat sini aku sampai di atas selangkangannya. Kutarik turun pelan CD-nya tangan Reni berhenti meremas-remas rambutku. Dia seperti menunggu sesuatu. Pelan tapi pasti kulorotkan sampai CD-nya terlepas. Kusergap selangkangannya dengan wajahku.

Vaginanya kuoral sedikit terpekik Reni menjambak rambutku. Jambakan Reni membuatku bergairah. Kuisap, jilat bibir vagina dan klitorisnya. Lidahku menelusup masuk keliangnya. Reni mengejang. dan bergetar bergantian desahannya berubah menjadi erangan cepat.

"Eeenggghhhh..rrrr..ggggghhhh..Massss..Ogghhh," nafasku memburu, vagina Reni terasa gurih.

Tubuhku ikut bergetar nikmatnya vagina ini rasanya lebih nikmat dari vagina istriku yang mulai longgar setelah melahirkan. Dengan sigap kubuka semua pakaianku, sekarang akupun telanjang bulat. Kaki Reni menjepit-jepit kepalaku. Gadis ini terangsang hebat. Tapi rasanya tidak adil kalau ia terbang sendiri. Kuputar tubuhku menjadi gaya 69. Penisku yang tegang mengacung di wajahnya. Reni shock sewaktu melihat penisku, ia terdiam mungkin tidak tahu harus melakukan apa.

"Pegang terus diremas sayang," ajarku.
Agak lama baru Reni mau meremas-remas penisku. Enak ada sensasi nikmat menyerangku. Rasanya lebih nikmat dari pada kuremas sendiri atau istriku yang meremasnya. Pantatku bergoyang mengikuti gerak jari-jari Reni. Lama-kelamaan remasan Reni makin pintar dan lincah. Penisku menegang terus dan terasa panas. Kuteruskan oralku divaginanya, Reni makin semangat maini batang kejantananku. Vaginanya basah oleh liur dan lendi, aku sendiri tidak tahan lagi.

"Isap sayang," pintaku dengan nada memelas.

Pertama agak pelan ragu, tapi kemudian Reni jadi buas. Aku sulit menggambarkan rasa apa yang sedang menyerang tubuhku. Kami berpacu saling memuaskan. Gadis itu tidak perlu diajar banyak untuk menikmati anugerah seks ini. Penisku terasa penuh terasa maniku mulai mengaliriku batangku. Sesaat gerakan Reni menggila dan tangannya berhenti meremas penisku. Dia akan orgasme. Kuhentikan permainan binal kami. Kuputar tubuhku ke posisi tradisional, Reni tampaknya keberatan. wajahnya kelu nikmat.

"Jangan berhenti mas,” suaranya berat dan nafasnya tersenggal.
"Kenapa sayang? enak ya?," godaku Reni mengangguk malu sambil menggigit dadaku.
"Jangan sayang nanti dilihat istriku," tapi terlambat bekas merah halus tergambar didadaku.
"Kubalas kau," kuisap belahan susunya yang keras. Cupang merah kini menghiasi susunya.
"Kita harus bercinta sebelum cupangmu hilang," jelasku.
"Kalau tidak ada bencana yang bakal menimpa kita," kataku.
"Ngarang," sambil agak menindih tubuhnya, kubelai rambutnya.
"Bolehkah perawanmu untukku sayang?," mintaku tanpa segan.
"Memangnya Reni masih perawan skrg mas?,"wajahnya agak heran.
"Vaginamu dioral tidak berarti keperawananmu hilang," jelas ku.
"Tidak ada darah, yang ada hanya lendirmu," Reni memelukku.
"Aku suka pada mas sejak pertemuan pertama dan tiga bulan ini telah jatuh cinta padamu mas," ujar Reni.
"Sekarang aku telanjang dihadapanmu, semua milikmu mas," tambahnya.
"Aku sudah beristri," kataku.
"Aku tidak cemburu padanya," jawabnya polos.

Inilah wanita mereka memberi seks agar mendapatkan cinta sedang pria memberi cinta untuk mendapatkan seks. Kuciumi wajahnya, Reni membalas birahi kami kembali bangkit. Kulit kami bergesekan membawa sensasi nikmat. Susunya hangat lembut dan kenyal menggosok dadaku.

"Oooogggghhhhhhhhh..," aku mengerang nikmat kami kembali tenggelam dalamm kemesuman.
"Mas..enak..," suaranya lirih. Tubuh Reni memanas. kutuntun tangannya memegang penisku.
"Bantu mas masuk ke vaginamu sayang," Reni meremas penisku dan mengarahkan ke vaginanya.

Alat kelamin kami bersentuhan. Kepala batangku menyentuh bibir vaginanya. Inilah pertamakali kami seutuhnya bersatu. Kudorong masuk penisku yang mengeras seperti batu. Mata Reni terpajam sambil menggigit bibirnya.

"Pelan..mas..pelan," vagina yang basah dan sudah terbuka itu masih sempit untuk di masuki kutarik keluar kemudian masuk, terus berulang.
"Aagghhh..aaggghhh," Reni berteriak tertahan setiap kali penisku mengocoknya.
"Sakit masss," suaranya bercampur sakit dan enak.
"Jangan.." tangannya menahan pantatku terus kukocok, pantatnya bergerak maju mundur.

Bercak darah segar menempel dipenisku. Akhirnya aku mendapat keperawanannya. Lewat 5 menit.

"Sleeeppp.." penisku tertanam.
"Oooggghhhh.." nikmatnya penisku tertanam, dindingnya mengendut hangat, sebisa mungkin kutancapkan penisku sampai menyentuh dasar liangnya.

Liang Reni sempit tapi dalam, penisku yang panjangnya sedang saja sekitar 15-16 cm tenggelam semua. Tubuh Reni mengejang bergetar, ia menggigit lagi dadaku kali ini agak dekat leher. Tapi karena sedang fly aku tidak peduli. Setelah beberapa saat kami meresapi setiap butir kenikmatan. Aku mulai mengocok vaginanya. Kami berburu dalam nafsu birahi. Aku seperti seorang joki yang duduk diatas kuda. Sementara Reni menggelepar-gelepar seperti ikan kehabisan air. Kamar Reni penuh dengan bau mani, nafas yang memburu dan erangan.

"Plak..ceeplak..ceplak," suara air dan kulit bertepukan.
"Oggh..ogh..ogh," hanya itu yang keluar dr mulutku berulang ulang.

Pikiranku tersumbat tubuhku melayang kesurga. Reni tambah membuatku bersemangat mencabulinya dengan suaranya yang merengek, mengerang nikmat. Berkali-kali ia menceracau tak karuan.

"Hhoooghhh..Massss..Eennaakkkk" uajr Reni.
"Eehgghhh..laggiiiii Masss," ritihnya.
"Nnnggghhhhh," setelah 10 menit yang rasanya seperti sepuluh tahun.

Tubuh Reni mengejang terdiam, suaranya tersendat-sendat. Reni memelukku erat. Reni hampir sampai kupercepat kocokanku tubuhku ikutan bergetar hebat. Terasa maniku mengaliri penisku, sebentar lagi aku akan meledak. Rasa nikmat menjalar dari batang penisku kepaha sampai ujung jariku, mengalir kesekujur tubuhku. Inilah rasa yang sampai sekarag tidak bisa dijelaskan dan tak bernama. Geli, nikmat, ingin menangis, lemas bercampur aduk. Reni melenguh panjang.

"Eeennnggghhh,"  aku pun menyusul.
"Eennnggghhhhhhh," kami orgasme bersama dan kami berpelukan.

Aku tetap menindihnya tak ingin mencabut senjataku dari liangnya. Kuseka keringat di wajahnya, wajahnya tersenyum manis memencarkan kenikmatan yang tiada tara.

"Terima kasih sayang," kau wanita yang hebat.
"Kau membawaku kesurga," kukecup keningnya.
"Mas aku cinta kau, jangan tinggalkan aku," suaranya lemah setelah kejadian malam itu, aku menunggu untuk menidurinya lagi.
Diberdayakan oleh Blogger.