Ngentot Berempat Didalam Lift Kampusku
Saat itu aku mesti memungut sebuah mata kuliah umum yang belum kuambil, yakni kewirausahaan. Kebetulan saat tersebut aku kebagian ruang belajar dengan fakultas sipil, agak jauh dari gedung fakultasku, disana mahasiswanya mayoritas pria pribumi, yang perempuannya hanya enam orang tergolong aku sendiri.
Ngentot Berempat Didalam Lift Kampusku |
Tidak heran aku sering menjadi pusat perhatian lelaki di sana, sejumlah bahkan tidak jarang curi pandang mengintip badanku kalo aku sedang menggunakan pakaian yang menggoda, aku sih sudah terbiasa dengann tatapan binal seperti ini, terlebih lagi aku juga ingin eksibisionis, jadi aku sih cuek aja.
Hari tersebut mata kuliah yang bersangkutan terdapat kuliah tambahan sebab dosennya sejumlah kali tidak masuk dampak sibuk dengan kuliah S3nya. Kuliah diselenggarakan pada jam 5 sore. Seperti biasa kalo kuliah ekstra pada jam seperti ini saatnya lebih cepat, satu jam saja sudah bubar. Namun bagaimanapun saat itu langit sudah gelap sampai dikampus nyaris tak terdapat lagi mahasiswa yang nongkrong.
Keloear dari ruang belajar aku terlebih dulu ke toilet yang hanya berjarak empat ruangan dari ruang belajar ini guna buang air kecil sejenak, serem juga nih sendirian di WC kampus malam begini, namun aku segera menepis segala bayagan menakutkan itu. Setelah cuci tangan aku buru-buru keluar mengarah ke lift.
Hari tersebut mata kuliah yang bersangkutan terdapat kuliah tambahan sebab dosennya sejumlah kali tidak masuk dampak sibuk dengan kuliah S3nya. Kuliah diselenggarakan pada jam 5 sore. Seperti biasa kalo kuliah ekstra pada jam seperti ini saatnya lebih cepat, satu jam saja sudah bubar. Namun bagaimanapun saat itu langit sudah gelap sampai dikampus nyaris tak terdapat lagi mahasiswa yang nongkrong.
Keloear dari ruang belajar aku terlebih dulu ke toilet yang hanya berjarak empat ruangan dari ruang belajar ini guna buang air kecil sejenak, serem juga nih sendirian di WC kampus malam begini, namun aku segera menepis segala bayagan menakutkan itu. Setelah cuci tangan aku buru-buru keluar mengarah ke lift.
Sewaktu menantikan lift aku terkejut sebab ada yang menyapa dari belakang. Ternyata mereka adalah tiga orang mahasiswa yang juga sekelas denganku tadi, yang tadi menyapaku aku tahu orangnya sebab pernah duduk disebelahku dan membual sesaat kuliah, namanya Adi, badannya kurus tinggi dan berambut jabrik, mukanya jauh dari tampan dengan bibir tebal dan mata besar.
Sedangkan yg dua lagi aqu tak ingat namanya, melulu tahu tampang, belakangan aqu tahu yg rambutnya gondrong dikuncir tersebut namanya Jembloenk dan satunya lagi yg mukanya serupa Arab tersebut namanya Fariz, badannya lebih mengandung dan kekar dikomparasikan Adi dan Jembloenk yg lebih serupa pemakai narkoba.
"Kok baru turun kini ,Ci?" sapa Adi berbasa basi.
"Abis dari WC, lu orang juga ngapain?" jawabku.
"Biasalah, ngerokok sebentar," jawabnya.
Dan kami masuk bersama, mereka berdiri mengelilingiku seperti mengepungku sampai jantungku jadi deg-degan menikmati mata mereka menyimak badanku yang terbungkus rok putih dari bahan katun yang menggantung di atas lutut serta kaos pink dengan aksen putih tanpa lengan. Meski demikian, terus terang gairahku terpicu pun dengan keadaan di ruangan kecil dan dikelilingi para pria seperti ini sampai rasa panas mulai menjalari badanku.
"Langsung kembali, Ci? tanya Jemblunk yang berdiri di sebelah kiriku.
"Hemm," jawabku singkat dengan anggukan kepala.
"Jadi udah gak ada kegiatan lagi dong sesudah ini?" si Adi menimpali.
"Ya gitulah, paling nonton di dekat rumah," jawabku lagi.
"Wah kebetulan..kalo gitu kamu ada waktu sebentar buat kami," sahut Jemblunk.
"Eh.. Buat apa?" tanyaku lagi.
Sebelum ku jawab, aku sudah dikagetkan oleh sepasang tangan yang memeluku dari belakang dan telah diberi aba-aba, Fariz yang berdiri dekat tombol lift mengurangi sebuah tombol sampai-sampai lift yang sedang mengarah ketingkat dua tersebut terhenti. Tas jinjingku hingga terlepas dari tanganku sebab terkejut.
"Heh..Ngapain lu orang?" ujarku panik dengan tidak banyak rontaan.
"Hehehe..Ayolah Ci, having fun dikit kenapa? Stresskan, kuliah seharian gini!" ucap Adi yang mendekapku dengan nafas menderu.
"Iya Ci, di sipil kan gersang wanita nih, jarang ada wanita kaya lu gini, lu tolong hibur kami dong timpal Fariz.
"Srr..Sesosok tangan menggerayang masuk kedalam rok miniku. Aku tersentak sewaktu tangan tersebut menjamah pangkal pahaku lalu mulai menggosok-gosoknya dari luar.
"Eengghh..Kurang ajar!" ujarku lemah.
Aku sendiri ingin menginginkannya, tetapi aku tetap berpura-pura jual mahal untuk mendongkrak derajatku di depan mereka. Mereka menyeringai mesum merasakan ekpresi wajahku yang sudah terangsang. Rambutku yang dikuncir mempermudah Adi menciumi leher, telinga dan tengkukku dengan buas sehingga birahiku naik dengan cepat.
Fariz yang tadinya melulu meremasi dadaku dari luar sekarang mulai menyingkap kaosku lalu cup breast houlderku yang kanan dia turunkan, maka menyembulah buah dada kananku yang nampak lebih mencuat sebab masih ditahan breast houlder. Diletakkannya telapak tangan disana dan meremas pelan, kemudian kepalanya mulai merunduk dan lidahnya kurasakan menyentuh pentilku.
Sembari menyusu, tangannya aktif mengeloesi paha mulusku. Tanpa kusadari, celana dalamku sekarang telah merosot sampai kelutut, bokong dan kemaluanku terbuka. Jari Jemblunk telah menginjak kemaluanku dan menggelitik unsur dalemnya. Badanku menggelinjang dan mendesah ketika jarinya mengejar klitorisku dan menggesek-gesekkan jarinya pada daging kecil itu.
Aku menikmati sensasi geli yang luar biasa sampai-sampai pahaku merapat menjepit tangan Jemblunk. Rasa geli tersebut juga kurasakan pada telingaku yang sedang dijilati Adi, hembusan nafasnya membuatku merinding. Tangannya menjalar ke dadaku dan mengeluarkan buah dadaku yang satunya lagi. Diremasinya buah dada tersebut dan pentilnya dipilin-pilin, kadang dipencet atau digesek-gesekkan dengan jarinya sampai menyebabkan benda tersebut semakin membengkak.
Badanku serasa lemas tak berdaya, pasrah tidak mempedulikan mereka menjarah badanku. Melihatku semakin pasrah, mereka semakin menjadi-jadi. Kini Fariz memagut bibirku, bibir tebal tersebut menyedot-nyedot bibirku yang mungil, lidahnya masuk kemulutku dan menjilati rongga di dalemnya, kubalas dengan menggerakkan lidahku sampai-sampai lidah kami saling jilat, saling hisap, sedangkan tangannya sudah meremas bongkahan bokongku, kadang jari-jarinya mengurangi anusku.
Tonjolan keras dibalik celana Adi terasa menekan bokongku. Secara refleks aku menggerakkan tanganku kebelakang dan meraba-raba tonjolan yang masih terbungkus celana itu. Buah dada kanan yang sudah ditinggalkan Fariz jadi basah dan membekas gigitan kini berpindah ketangan Adi, dia kelihatan senang sekali memainkan pentilku yang sensitif, masing-masing kali dia pencet benda tersebut dengan agak keras badanku menggelinjang disertai desahan.
Si Jemblunk justru telah membuka celananya dan mengeluarkan kemaluannya yang sudah tegang. Masih sembari berciuman, kugerakkan mataku menyimak miliknya yang panjang dan berwarna gelap namun diameternya tidak besar, ya sesuailah dengan badannya yang kerempeng itu.
Diraihnya tanganku yang sedang meraba selangkangan Adi kekemaluannya, kugenggam benda tersebut dan kurasakan getarannya, satu genggamanku tak lumayan menyelubungi benda itu, jadi ukurannya kira-kira dua cengkeraman tanganku.
"Ini aja Ci, burung gua kedinginan nih, bantu hangatin dong!" pintanya.
"Ahh..Eemmhh!" desahku sembari memungut udara begitu Fariz melepas cumbuannya.
"Gua juga mau dong, udah gak tahan nih!" ujar Fariz sembari membuka celananya.
Wow, kelihatannya dia memang terdapat darah Arab, soalnya ukuranya dapat dibilang menakjubkan, panjang sih, tak beda jauh dari Jemblunk namun yang ini lebih berurat dan lebar, dengan ujungnya yang disunat sampai menyerupai helm tentara. Jantungku jadi tambah berdegup membayangkan bakal ditusuk olehnya, berani taruhan punya si Adi pun pasti kalah darinya.
Adi mencungkil dekapannya padaku guna membuka celana, saat itu Fariz menekan bahuku dan memintaku berlutut. Aku juga berlutut sebab kakiku memang sudah lemas, kedua kemaluan tersebut seperti pistol yang ditodongkan padaku, bukan hanya dua, sekarang malah tiga, sebab Adi pun telah mengeluarkan miliknya. Benar kan, kepunyaan Fariz memang sangat besar diantara ketiganya, disusul Adi yang lebih mengandung daripada Jemblunk. Mereka bertiga berdiri mengelilingiku dengan senjata yang menuju wajahku.
"Ayo Ci, jilat, siapa dulu yg inginkan lu servis"
"Yang gua aja dulu Ci, dipastikan gue banget!"
"Ini aja dulu Ci, gua punya lebih gede, tentu puas deh!"
Demikian mereka saling menawarkan kemaluannya untuk mendapat servis dariku seperti sedang kampanye saja, mereka menepuk-nepuk miliknya pada wajah, hidung, dan bibirku hingga aku kewalahan menilai pilihan.
"Aduh..Iya..iya sabar dong, semua tentu kebagian..Kalo gini terus aku pun bingung dong!" kataku sewot sembari menepis senjata mereka dari mukaku.
"Wah..Marah nih, ya udah kami biarin Citra yang milih aja, demokratis kan?" kata Jemblunk.
"Setelah kutimbang-timbang, tangan kiriku meraih kemaluan Jemblunk dan yang kanan meraih kepunyaan Fariz lalu memasukkannya pelan-pelan ke mulutku.
"Weh..Sialan lu, gua hanya kebagian tangannya aja!" gerutu Jemblunk pada Fariz yang hanya ditanggapinya dengan nyengir tanda kemenangan.
"Wah, gua kok gak diservis Ci, gimana sih!" Adi protes sebab merasa diabaikan olehku.
Sebenarny bukan mengabaikan, namun aku harus menggunakan tangan kananku untuk membimbing kemaluan Fariz ke mulutku, setelah tersebut barulah kugerakkan tanganku meraih kemaluan Adi guna menenangkannya. Kini tiga kemaluan kukocok sekaligus, dua dengan tangan, satu dengan mulutku.
Lima belas menit lewat telah, aqu ganti mengoral Adi dan Fariz sekarang menerima tanganku. Tak lama kemudian, Jemblunk yang hendak mendapat kesenangan lebih dalam mencungkil kocokanku dan pindah berlutut di belakangku. Kaitan breast houlderku dibukanya sampai-sampai breast houlder tanpa tali pundak tersebut terlepas, begitu pun celana dalam hitamku yang masih tercantol di kaki ditariknya lepas.
Lima menit tangannya menggerayagi buah dada dan kemaluanku sembari menjilati leherku dengan lidahnya yang panas dan kasar. Bokongku dia angkat tidak banyak sampai agak menungging. Kemudian aku menggeliat sewaktu kurasakan hangat pada liang kemaluanku. Kemaluan Jemblunk sudah menyentuh kemaluanku yang basah, dia tak memasukkan semuanya, hanya sebagian dari kepalanya saja yang digeseknya pada bibir kemaluanku sehingga memunculkan sensasi geli ketika kepalanya menyentuh klitorisku.
"Uhh.. Nakal yah lu!" kataku sembari menengok ke belakang.
"Aahh..!' jeritku kecil sebab selesai berbicara demikian Jemblunk mendorong pinggulnya kedepan hingga kemaluan tersebut amblas dalem kemaluanku.
Dengan tangan memegang buah dadaku, dia mulai menggenjot badanku, kemaluannya bergesekan dengan dinding kemaluanku yang bergerinjal. Aku tak dapat merintih setiap kali dia menyodokku.
"Hei Ci, yang gua tidak boleh ditinggalin nih," sahut Adi sambil menjejalkan kemaluannya.
Aku semakin energik mengoral kemaluan Adi sembari merasakan sodokan Jemblunk, kemaluan tersebut kuhisap kuat, sesekali lidahku menjilati helmnya. Jurusku ini menciptakan Adi blingsatan tak karuan hingga dia menekan-nekan kepalaku keselangkangannya. Kocokanku terhadap Fariz pun semakin dahsyat sampai desahan ketiga pria ini mengisi ruangan lift. Teknik oralku dengan cepat mengirim Adi ke puncak, kemaluannya laksana membengkak dan berdenyut-denyut, dia merintih dan meremas rambutku.
"Oohh.. Anjing.. Ngecret nih gua!!"
Sedangkan yg dua lagi aqu tak ingat namanya, melulu tahu tampang, belakangan aqu tahu yg rambutnya gondrong dikuncir tersebut namanya Jembloenk dan satunya lagi yg mukanya serupa Arab tersebut namanya Fariz, badannya lebih mengandung dan kekar dikomparasikan Adi dan Jembloenk yg lebih serupa pemakai narkoba.
"Kok baru turun kini ,Ci?" sapa Adi berbasa basi.
"Abis dari WC, lu orang juga ngapain?" jawabku.
"Biasalah, ngerokok sebentar," jawabnya.
Dan kami masuk bersama, mereka berdiri mengelilingiku seperti mengepungku sampai jantungku jadi deg-degan menikmati mata mereka menyimak badanku yang terbungkus rok putih dari bahan katun yang menggantung di atas lutut serta kaos pink dengan aksen putih tanpa lengan. Meski demikian, terus terang gairahku terpicu pun dengan keadaan di ruangan kecil dan dikelilingi para pria seperti ini sampai rasa panas mulai menjalari badanku.
"Langsung kembali, Ci? tanya Jemblunk yang berdiri di sebelah kiriku.
"Hemm," jawabku singkat dengan anggukan kepala.
"Jadi udah gak ada kegiatan lagi dong sesudah ini?" si Adi menimpali.
"Ya gitulah, paling nonton di dekat rumah," jawabku lagi.
"Wah kebetulan..kalo gitu kamu ada waktu sebentar buat kami," sahut Jemblunk.
"Eh.. Buat apa?" tanyaku lagi.
Sebelum ku jawab, aku sudah dikagetkan oleh sepasang tangan yang memeluku dari belakang dan telah diberi aba-aba, Fariz yang berdiri dekat tombol lift mengurangi sebuah tombol sampai-sampai lift yang sedang mengarah ketingkat dua tersebut terhenti. Tas jinjingku hingga terlepas dari tanganku sebab terkejut.
"Heh..Ngapain lu orang?" ujarku panik dengan tidak banyak rontaan.
"Hehehe..Ayolah Ci, having fun dikit kenapa? Stresskan, kuliah seharian gini!" ucap Adi yang mendekapku dengan nafas menderu.
"Iya Ci, di sipil kan gersang wanita nih, jarang ada wanita kaya lu gini, lu tolong hibur kami dong timpal Fariz.
"Srr..Sesosok tangan menggerayang masuk kedalam rok miniku. Aku tersentak sewaktu tangan tersebut menjamah pangkal pahaku lalu mulai menggosok-gosoknya dari luar.
"Eengghh..Kurang ajar!" ujarku lemah.
Aku sendiri ingin menginginkannya, tetapi aku tetap berpura-pura jual mahal untuk mendongkrak derajatku di depan mereka. Mereka menyeringai mesum merasakan ekpresi wajahku yang sudah terangsang. Rambutku yang dikuncir mempermudah Adi menciumi leher, telinga dan tengkukku dengan buas sehingga birahiku naik dengan cepat.
Fariz yang tadinya melulu meremasi dadaku dari luar sekarang mulai menyingkap kaosku lalu cup breast houlderku yang kanan dia turunkan, maka menyembulah buah dada kananku yang nampak lebih mencuat sebab masih ditahan breast houlder. Diletakkannya telapak tangan disana dan meremas pelan, kemudian kepalanya mulai merunduk dan lidahnya kurasakan menyentuh pentilku.
Sembari menyusu, tangannya aktif mengeloesi paha mulusku. Tanpa kusadari, celana dalamku sekarang telah merosot sampai kelutut, bokong dan kemaluanku terbuka. Jari Jemblunk telah menginjak kemaluanku dan menggelitik unsur dalemnya. Badanku menggelinjang dan mendesah ketika jarinya mengejar klitorisku dan menggesek-gesekkan jarinya pada daging kecil itu.
Aku menikmati sensasi geli yang luar biasa sampai-sampai pahaku merapat menjepit tangan Jemblunk. Rasa geli tersebut juga kurasakan pada telingaku yang sedang dijilati Adi, hembusan nafasnya membuatku merinding. Tangannya menjalar ke dadaku dan mengeluarkan buah dadaku yang satunya lagi. Diremasinya buah dada tersebut dan pentilnya dipilin-pilin, kadang dipencet atau digesek-gesekkan dengan jarinya sampai menyebabkan benda tersebut semakin membengkak.
Badanku serasa lemas tak berdaya, pasrah tidak mempedulikan mereka menjarah badanku. Melihatku semakin pasrah, mereka semakin menjadi-jadi. Kini Fariz memagut bibirku, bibir tebal tersebut menyedot-nyedot bibirku yang mungil, lidahnya masuk kemulutku dan menjilati rongga di dalemnya, kubalas dengan menggerakkan lidahku sampai-sampai lidah kami saling jilat, saling hisap, sedangkan tangannya sudah meremas bongkahan bokongku, kadang jari-jarinya mengurangi anusku.
Tonjolan keras dibalik celana Adi terasa menekan bokongku. Secara refleks aku menggerakkan tanganku kebelakang dan meraba-raba tonjolan yang masih terbungkus celana itu. Buah dada kanan yang sudah ditinggalkan Fariz jadi basah dan membekas gigitan kini berpindah ketangan Adi, dia kelihatan senang sekali memainkan pentilku yang sensitif, masing-masing kali dia pencet benda tersebut dengan agak keras badanku menggelinjang disertai desahan.
Si Jemblunk justru telah membuka celananya dan mengeluarkan kemaluannya yang sudah tegang. Masih sembari berciuman, kugerakkan mataku menyimak miliknya yang panjang dan berwarna gelap namun diameternya tidak besar, ya sesuailah dengan badannya yang kerempeng itu.
Diraihnya tanganku yang sedang meraba selangkangan Adi kekemaluannya, kugenggam benda tersebut dan kurasakan getarannya, satu genggamanku tak lumayan menyelubungi benda itu, jadi ukurannya kira-kira dua cengkeraman tanganku.
"Ini aja Ci, burung gua kedinginan nih, bantu hangatin dong!" pintanya.
"Ahh..Eemmhh!" desahku sembari memungut udara begitu Fariz melepas cumbuannya.
"Gua juga mau dong, udah gak tahan nih!" ujar Fariz sembari membuka celananya.
Wow, kelihatannya dia memang terdapat darah Arab, soalnya ukuranya dapat dibilang menakjubkan, panjang sih, tak beda jauh dari Jemblunk namun yang ini lebih berurat dan lebar, dengan ujungnya yang disunat sampai menyerupai helm tentara. Jantungku jadi tambah berdegup membayangkan bakal ditusuk olehnya, berani taruhan punya si Adi pun pasti kalah darinya.
Adi mencungkil dekapannya padaku guna membuka celana, saat itu Fariz menekan bahuku dan memintaku berlutut. Aku juga berlutut sebab kakiku memang sudah lemas, kedua kemaluan tersebut seperti pistol yang ditodongkan padaku, bukan hanya dua, sekarang malah tiga, sebab Adi pun telah mengeluarkan miliknya. Benar kan, kepunyaan Fariz memang sangat besar diantara ketiganya, disusul Adi yang lebih mengandung daripada Jemblunk. Mereka bertiga berdiri mengelilingiku dengan senjata yang menuju wajahku.
"Ayo Ci, jilat, siapa dulu yg inginkan lu servis"
"Yang gua aja dulu Ci, dipastikan gue banget!"
"Ini aja dulu Ci, gua punya lebih gede, tentu puas deh!"
Demikian mereka saling menawarkan kemaluannya untuk mendapat servis dariku seperti sedang kampanye saja, mereka menepuk-nepuk miliknya pada wajah, hidung, dan bibirku hingga aku kewalahan menilai pilihan.
"Aduh..Iya..iya sabar dong, semua tentu kebagian..Kalo gini terus aku pun bingung dong!" kataku sewot sembari menepis senjata mereka dari mukaku.
"Wah..Marah nih, ya udah kami biarin Citra yang milih aja, demokratis kan?" kata Jemblunk.
"Setelah kutimbang-timbang, tangan kiriku meraih kemaluan Jemblunk dan yang kanan meraih kepunyaan Fariz lalu memasukkannya pelan-pelan ke mulutku.
"Weh..Sialan lu, gua hanya kebagian tangannya aja!" gerutu Jemblunk pada Fariz yang hanya ditanggapinya dengan nyengir tanda kemenangan.
"Wah, gua kok gak diservis Ci, gimana sih!" Adi protes sebab merasa diabaikan olehku.
Sebenarny bukan mengabaikan, namun aku harus menggunakan tangan kananku untuk membimbing kemaluan Fariz ke mulutku, setelah tersebut barulah kugerakkan tanganku meraih kemaluan Adi guna menenangkannya. Kini tiga kemaluan kukocok sekaligus, dua dengan tangan, satu dengan mulutku.
Lima belas menit lewat telah, aqu ganti mengoral Adi dan Fariz sekarang menerima tanganku. Tak lama kemudian, Jemblunk yang hendak mendapat kesenangan lebih dalam mencungkil kocokanku dan pindah berlutut di belakangku. Kaitan breast houlderku dibukanya sampai-sampai breast houlder tanpa tali pundak tersebut terlepas, begitu pun celana dalam hitamku yang masih tercantol di kaki ditariknya lepas.
Lima menit tangannya menggerayagi buah dada dan kemaluanku sembari menjilati leherku dengan lidahnya yang panas dan kasar. Bokongku dia angkat tidak banyak sampai agak menungging. Kemudian aku menggeliat sewaktu kurasakan hangat pada liang kemaluanku. Kemaluan Jemblunk sudah menyentuh kemaluanku yang basah, dia tak memasukkan semuanya, hanya sebagian dari kepalanya saja yang digeseknya pada bibir kemaluanku sehingga memunculkan sensasi geli ketika kepalanya menyentuh klitorisku.
"Uhh.. Nakal yah lu!" kataku sembari menengok ke belakang.
"Aahh..!' jeritku kecil sebab selesai berbicara demikian Jemblunk mendorong pinggulnya kedepan hingga kemaluan tersebut amblas dalem kemaluanku.
Dengan tangan memegang buah dadaku, dia mulai menggenjot badanku, kemaluannya bergesekan dengan dinding kemaluanku yang bergerinjal. Aku tak dapat merintih setiap kali dia menyodokku.
"Hei Ci, yang gua tidak boleh ditinggalin nih," sahut Adi sambil menjejalkan kemaluannya.
Aku semakin energik mengoral kemaluan Adi sembari merasakan sodokan Jemblunk, kemaluan tersebut kuhisap kuat, sesekali lidahku menjilati helmnya. Jurusku ini menciptakan Adi blingsatan tak karuan hingga dia menekan-nekan kepalaku keselangkangannya. Kocokanku terhadap Fariz pun semakin dahsyat sampai desahan ketiga pria ini mengisi ruangan lift. Teknik oralku dengan cepat mengirim Adi ke puncak, kemaluannya laksana membengkak dan berdenyut-denyut, dia merintih dan meremas rambutku.
"Oohh.. Anjing.. Ngecret nih gua!!"
Muncratlah cairan kental tersebut di mulutku yang langsung kujilati dengan rakusnya. Keluarnya banyak sekali sampai-sampai aku mesti buru-buru menelannya supaya tak tumpah. Setelah lepas dari mulutku aku masih menjilati sisa sperma pada batangnya. Fariz memintaku supaya menurunkan frekuensi kocokanku.
"Gak usah buru-buru," demikian katanya.
"Cepetan Blunk, kita pun mau ngerasain kemaluannya, kebelet nih!" kata Fariz pada Jemblunk.
"Sabar jek.. Uuhh.. Nanggung dikit lagi.. Eemmhh!" jawab Jemblunk dengan terenga-hengah.
"Genjotan Jemblunk semakin kencang, nafasnya juga semakin mengejar menandakan bahwa dia bakal orgasme. Kami menata tempo genjotan supaya bisa keluar bersama.
"Uhh.. Uhh.. Udah mau keluar Ci, boleh di dalem gak?" tanyanya.
"Jangan.. gue lagi subur.. Ah.. Aahh!" desahku bersamaan dengan klimaks yang menerpa.
"Hei, tidak boleh sembarangan buang peju, ntar gua mana dapat jilatin kemaluannya!" tegur Adi.
Jemblunk menyusul tak hingga semenit lantas dengan meremas kencang buah dadaku sampai buatku merintih, lantas dia menarik keluar kemaluannya dan menumpahkan isinya ke punggungku. Ok, next please Jemblunk mempersilakan giliran berikut. Adi langsung menyambut badanku dan memapahku berdiri. Disandarkannya punggungku pada dinding lift lalu dia menghirup bibirku dengan lembut sembari tangannya meneloesuri lekuk-lekuk badanku, kami berfrench kiss dengan panasnya.
Serangan Adi mulai turun ke buah dadaku, tetapi hanya dia kulum sebentar, lalu dia turun lagi sampai berjongkok didepan kemaluanku. Gesper dan resleting rokku dia lucuti sampai rok tersebut merosot jatuh. Dia menatap dan mengendusi kemaluanku yang tertutup rambut lebat itu, tangan kanannya mulai mengelusi kemaluanku sembari mengusung paha kiriku kebahuny. Jari-jarinya mengorek liang kemaluanku sampai mengenai klitoris dan Gspotku.
"Sshh.. Di.. Oohh.. Aahh!!" desisku sembari meremas rambutnya.
Aku mengigit-gigit bibir merasakan jilatan Adi pada kemaluanku, lidahnya bergerak-gerak seperti ular didalem kemaluanku, daging kecil sensitifku pun tak luput dari sapuan lidah itu, kadang diselingi dengan hisapan. Hal ini menciptakan badanku menggeliat-geliat, mataku terpejam menghayati permainan ini. Tiba-tiba kurasakan suatu gigitan pelan pada pentil kiriku, mataku membuka dan mengejar kepala Jemblunk sudah menempel disana sedang mengenyot buah dadaku. Fariz berdiri di sebelah kananku sembari meremas buah dadaku yg satunya.
"Ci, buah dada lu gede banget sih, ukuran BHnya berapa nih? tanyanya.
"Eenngghh.. Gua 34B.. Mmhh!" jawabku sembari mendesah.
"Udah punya pacar lo Ci?" tanyanya lagi.
Aku melulu menggeleng dengan badan semakin menggeliat sebab saat tersebut lidah Adi dengan binal menyentil-nyentil klitorisku. Sensasi ini diperbanyak lagi dengan Fariz yang menyapukan lidahnya yang tebal keleher jenjangku dan mengelusi bokongku. Sebelum sempat menjangkau klimaks, Adi berhenti menjilat kemaluanku. Dia mulai berdiri dan mengajak kedua temannya menyingkir dulu.
"Minggir dulu jek.. Gua mo nyoblos nih!"
"Walah..nih buah dada jadi bau jigong loe gini Blunk!" omelnya pada Jemblunk yang melulu ditanggapi dengan seringainya yang serupa kuda nyengir.
Paha kiriku diusung hingga pinggang, lalu dia menempelkan kepala kemaluannya pada bibir kemaluanku dan mendorongnya masuk perlahanlahan.
"Ooh.. Di.. Aahh.. Ahh!" desahku dengan memeluk erat badannya.
"Aakkhh..Yahud banget kemaluan loe Ci.. Seretseret basah!"
Kemudian Adi mulai memompa, rasanya sungguh sangat susah dilukiskan. Kemaluan kokoh tersebut menyodokku dengan brutal hingga badanku terlonjak-lonjak, keringat yang mengalir turun di badanku mengairi dinding lift di belakangku. Eranganku kadang teredam oleh lumatan bibirnya terhadapku.
Senjatanya keluar masuk berkali-kali sampai membuat mataku merem melek menikmati sodokan yang nikmat itu. Aku juga ikut maju mundur merespons serangannya. Saat tersebut kedua temannya melulu menonton sembari memegangi senjata masing-masing, mereka pun menyoraki Adi yang sedang menggenjotku seolah memberi semangat.
Sementara dia berpacu salah satu kedua pahaku, aku mulai menikmati klimaks yang bakal kembali menerpa. Badanku bergetar hebat, pelukanku terhadapnya pun semakin erat. Akhirnya keluarlah desahan panjang dari mulutku bersamaan dengan melelehnya cairan kewanitaanku lebih tidak sedikit daripada sebelumnya. Namun dia masih energik menggenjotku, bahkan meningkat kencang dan bertenaga, nafasnya yang menderu-deru menerpa wajahku.
"Uuhh.. Uuh.. Ci.. Yeeahh.. Hampir!" geramnya di sekitar wajahku.
Badannya berkelojotan diiringi desahan panjang, lantas ditarik kemaluannya lepas dari kemaluanku dan menyemprotlah isinya di perutku. Dia juga lalu ambruk kedepanku sembari memagut bibirku mesra. Karena Adi mencungkil pegangannya terhadapku, pelan-pelan badanku merosot sampai terduduk sehingga tak bertulang, begitu juga dengannya yang bersandar di lift dengan nafas tak beraturan.
Aku meminta Jemblunk mengambilkan tissue dari tasku, aku lalu menyeka keringat di keningku pun ceceran sperma pada perutku sembari menjilat jari-jariku guna mendapatkan ceceran sperma itu. Hingga sekarang pakaian yang masih tersisa dibadanku hanya sepatu dan kaos yang sudah tergulung ke atas.
Didalam Lift Kampus Tenggang ketika kebabak berikutnya tidak cukup dari lima menit, Fariz sesudah meminta ijin dahulu, memegangi kedua pergelangan kakiku dan membentangkannya. Ditatapnya sebentar lubang merah merekah di tengah bulu-bulu hitam itu, kedua temannya pun ikut memandangi wilayah itu.
"Ayo dong..Pada liatin apa sih, malu ah!" kataku dengan memalingkan muka sebab merasa risi dipelototi ituku, tetapi sesungguhnya aku justru menikmati menjadi objek seks mereka.
"Hehehe.. Malu apa mau nih!" ujar Jembloenk.
"Loe udah gak virgin semenjak kapan Ci? Kok kemaluannya masih OK?" tanya Fariz sembari menatap liang tersebut lebih dekat.
"Enam belas, ketika SMA dulu," jawabku.
Kami ngobrol-ngobrol sejenak diselingi senda gurau sampai akhirnya aku meminta lagi sebab gairahku sudah kembali, ini dipercepat oleh tangan-tangan mereka yang selalu memicu titik-titik sensitifku. Fariz menarikku tidak banyak kedepan mendekatkan kemaluannya pada kemaluanku lalu menunjukkan benda tersebut pada sasarannya. Uuh.. Kemaluanku benar-benar terasa sesak dan sarat dijejali oleh kemaluannya yang perkasa itu. Cairan kemaluanku melicinkan jalan masuk baginya.
"Aa.. aadduhh, pelanpelan dong!" aku mendesah lirih sesaat Fariz mendorong agak kasar. Sembari menggeram-geram, dia memasukkan kemaluannya semua sedikit demi sedikit sampai terbenam seluruhnya dalam kemaluanku.
"Eengghh.. Ketat abis, kemaluan Citra emang sipp!" ceracaunya.
Dia menggenjot badanku dengan liar, semakin tinggi tempo permainannya, semakin aku dibuatnya kesetanan. Sementara Jemblunk sedang asyik bertukar ludah denganku, lidahku saling jilat dengan lidahnya yang ditindik, tanganku menggenggam kemaluannya dan mengocoknya. Sebuah tangan meraih buah dadaku dan meremasnya lembut, ternyata si Adi yang berlutut di sebelahku.
"Bersihin dong Ci, masih ada sisa tadi!" pintanya dengan menyodorkan kemaluannya ke mulutku ketika mulut Jemblunk beralih ke leherku.
Serta merta kuraih kemaluan itu, hhmm, masih lengket bekas persenggamaan barusan, kupakai lidahku menyapu batangnya, setelah sejumlah jilatan baru kumasukkan ke mulut, aku dapat menyaksikan ekspresi kesenangan pada wajahnya dampak teknik oralku. Tak lama kemudian, Jemblunk berkelojotan dan bergumam tak jelas, kelihatannya dia bakal klimaks. Melihat reaksinya kupercepat kocokanku sampai akhirnya cret.. cret.. Spermanya berhamburan mendarat di dekat dada dan perutku, tanganku pun jadi belepotan cairan susu kental itu. Saat itu aku masih merasakan sodokan Fariz sembari mengulum kemaluan Adi.
Kemudian Adi menyuruh berganti posisi, aku dimintanya berposisi doggy, Fariz dari belakang pulang menusuk kemaluanku dan dari depanku Adi menjejalkan kemaluannya ke mulutku. Kulumanku menciptakan Adi berkelojotan sembari meremas-remas rambutku hingga ikat rambutku terlepas dan terurailah rambutku yang sebahu itu. Kemaluan tersebut bergerak keluar masuk semakin cepat sebab kemaluanku pun telah basah sekali.
Didalam Lift Kampus tak hingga sepuluh menit lantas muncratlah sperma Adi mengisi mulutku, sebab saat tersebut genjotan Fariz meningkat ganas, hisapanku tidak banyak buyar sampai-sampai cairan tersebut tumpah beberapa meleleh di pinggir bibirku. Setelah Adi melepas kemaluannya, aku dapat lebih konsentrasi melayani Fariz, aku ikut menggoyang pinggulku sampai-sampai sodokannya lebih dalam.
Bunyi plok..plok..plok.. tersiar dari hentakan selangkangan Fariz dengan bokongku. Mulutku terus mengeluarkan desahan nikmat, sampai beberapa menit lantas badanku mengejang hebat yang menandakan orgasmeku. Kepalaku menengadah dan mataku membeliak, sungguh luar biasa kenikmatan yang diserahkan olehnya. Kontraksi otot-otot kemaluanku sesaat orgasme membuatnya merasa nikmat pun karena otot-otot tersebut semakin menghimpit kemaluannya, urusan ini mengakibatkan goygannya semakin binal dan mempercepat orgasmenya. Dia mendengus lalu tangannya menarik rambutku sembari menarik keluar kemaluannya.
"Aduhduh, sakit.. Mau ngapain sih?" rintihku.
Dia tarik rambutku sampai aku berlutut dan disuruhnya aku membuka mulut. Di depan wajahku dia kocok kemaluannya yang langsung menyemburkan lahar putih. Semprotan tersebut membasahi wajahku sekaligus mengisi mulutku.
"Gila, banyak amat sih, hingga basah gini gua!" kataku sembari menjilati kemaluannya.
Setelah menyelesaikan hasrat, Fariz melepaskanku dan mundur terhuyung hingga bersandar di pintu lift dimana badannya merosot turun sampai terduduk lemas. Dengan sisa-sisa tenaga aku menyeret badanku ke tembok lift supaya bisa duduk bersandar. Suasana didalem lift jadi panas dan pengap sesudah terjadi pergulatan seru barusan. Aku menata kembali nafasku yang putus-putus sembari menjilati sperma yang masih belepotan di dekat mulut, aku dapat merasakan lendir hangat yang masih mengalir di selangkanganku.
Adi telah menggunakan kembali celananya namun masih terduduk lemas, dia mengeluarkan sebotol aqua dari tas lusuhnya, Jemblunk sedang berjongkok sembari menghisap rokok, dia belum menggunakan celananya sampai-sampai batang kemaluannya yang mulai layu tersebut dapat tampak olehku, Fariz masih ngos-ngosan dan meminta Adi membagi minumannya. Setelah minum sejumlah teguk, Fariz menawarkan botol tersebut padaku yang langsung kuraih dan kuminum. Kuteteskan sejumlah tetes air pada tissue guna melap wajahku yang belepotan.
Kami ngobrol enteng dan bertukar nomor HP sembari mencairkan tenaga. Aku mulai memunguti pakaianku yang tercecer. Setelah berpakaian menyeluruh dan mengucir kembali rambutku, kami bersiap-siap pulang. Adi mengurangi tombol lift dan lift pulang meluncur ke bawah. Lantai dasar sudah sepi dan gelap, jam telah nyaris menunjukkan pukul tujuh.
Lega rasanya dapat menghirup udara segar lagi sesudah keluar gedung ini, kami juga berpisah di depan gedung sipil, mereka keluar lewat gerbang samping dan aku kelokasi parkir. Dalam perjalanan pulang, aku tersenyum sendiri sembari mendengar alunan musik dari CD player di mobilku, masih terngiang-ngiang di kepalaku kegilaan yang baru saja terjadi di lift kampus.
Post a Comment