Suami Tidak Bisa memuaskanku, Melepas Harsat Seksual Pada Mahasiswa Magang
Ya ampun, aku tidak dapat percaya, kini aku telanjang dalam satu kamar dengan laki-laki yang bukan suamiku, ohh. Aku melihat tubuh Indra yang memang benar-benar atletis, besar dan kekar terutama otot-otot perutnya. Ia lebih tinggi dan lebih besar dibandingkan dengan suamiku yang berperawakan sedang-sedang saja. Tetapi yang membuat dadaku berdegub lebih keras adalah benda diselangkangan Indra.
Benda yang besarnya hampir sama denagn lenganku itu berwarna coklat muda dan kini tegak mengacung. Panjangnya kutaksir tidak kurang dari 18 cm, atau hampir dua kali lipat dibanding milik suamiku, sementara besarnya sekitar 3 sampai 4 kali lipatnya. Sungguh aku tak percaya, laki-laki semuda Indra memiliki penis sebesar dan sepanjang ini.
Perasaanku bercampur antara ngeri, gemes dan penasaran. Kini tubuh telanjang Indra mendekapku. Darahku seperti terkesiap ketika merasakan dada bidang Indra menempel erat dadaku. Ada sensasi hebat yang melandaku, ketika dada yang kekar itu merapat dengan tubuhku.
Baru kali ini kurasakan dekapan lelaki lain selain suamiku. Ia masih meciumi sekujur tubuhku, sementara tangannya juga tidak kenal lelah meremas-remas buah dadaku yang semakin kenyal. Sekali lagi, sebelumnya tidak pernah kurasakan sensasi dan rangsangan sedahsyat ini. Aku tersentak ketika kurasakan ada benda yang masuk dan menggelitik lubang vaginaku. Ternyata Indra nekat memasukkan jari tangannya kecelah vaginaku.
Ia memutar-mutar telunjuknya didalam lubang vaginaku, sehingga aku benar-benar hampir tidak kuat lagi menahan kenikmatan yang menderaku. Mendapat serangan yang luar biasa nikmat itu, secara refleks aku memutar-mutarkan pantatku. Toh, aku masih berusaha menolaknya.
"Ndra, jangan sampai dimasukkan jarinya, cukup diluaran saja..!" Pintaku.
Tetapi Indra tidak menggubrisku. Selanjutnya ia menelusupkan kepalanya di selangkanganku, lalu bibir dan lidahnya melumat habis vaginaku. Aku tergetar hebat mendapatkan rangsangan ini. Tidak kuat lagi menahan kenimatan itu, tanpa sadar tanganku menjambak rambut Indra yang masih terengah-engah di selangkanganku.
Kini aku telah benar-benar tenggelam dalam birahi. Ketika kenikmatan birahi benar-benar menguasaiku, dengan tiba-tiba Indra melepaskanku dan berdiri di tepi tempat tidur. Ia mengocok- ngok batang penisnya yang berukuran luar biasa tersebut.
"Udah hampir setengah jam, dari tadi aku terus yang aktif, capek nih. Sekaran ganti Bu Atika dong yang aktif..!" Kata Indra denagn manja.
"Ibu nggak bisa Ndra, lagian Ibu masih takut..!" Jawabku dengan malu-malu.
"Oke kalo gitu pegang aja iniku, please, kumohon sayang," Ujarnya sambil menyodorkan batang penis besar itu kehadapanku.
Dengan malu kupegang batang yang besar dan berotot itu. Lagi-lagi berdebar-debar dan darahku berdesir ketika tanganku mulai memegang penis Indra. Sejenak aku sempat membayangkan bagaimana nikmatnya jika penis yang besar dan keras itu dimasukkan kelubang vagina perempuan, apalagi jika perempuan itu aku.
"Besaran mana sama milik suami Ibu," Goda Indra. Aku tidak menjawab walau dalam hati aku mengakui, penis Indra jauh lebih panjang dan lebih besar dibandingkan milik suamiku.
Padahal usia Indra jauh lebih muda.
"Diapakan nih Ndra..? Sumpah Ibu gak bisa apa-apa," Kataku berbohong sambil memegang penis Indra.
"Oke, biar gampang, dikocok aja sayang. Bisakan," Jawab Indra dengan lembut. Dengan dada berdegub kencang, kukocok perlahan-lahan penis yang besar milik Indra. Ada sensasi tersendiri ketika aku mulai mengocok buah zakar Indra yang sangat besar tersebut. Gila, tanganku hampir tidak cukup memegangnya.
Aku berharap dengan kukocok penisnya, sperma Indra cepat muncrat, sehingga ia tidak berbuat lebih jauh kepada diriku. Indra yang kini telentang disampingku memejamkan matanya ketika tanganku mulai naik turun mengocok batang zakarnya. Napasnya mendengus-dengus, tanda kalau nafsunya sudah meningkat lagi. Aku sendiri juga terangsang melihat tubuh tinggi besar dihadapanku seperti tidak berdaya dikuasai rasa nikmat.
Tiba-tiba ia memutar tubuhnya, sehingga kepalanya kini tepat berada diselangkanganku sebaliknya kepalaku juga tepat menghadap selangkangannya. Indra kembali melumat lubang kemaluanku. Lidahnya menjilat-jilat tanpa henti di rongga vaginaku. Sementara aku masih terus mengocok batang zakar Indra dengan tanganku. Kini kami berdua berkelejotan, sementara napas kami juga saling memburu.
Setelah itu Indra beranjak dan dengan cepat ia menindihku. Dari kaca lemari yang terletak disebelah samping tempat tidur, aku bisa melihat tubuh rampingku seperti tenggelam dikasur busa ketika tubuh Indra yang tinggi besar mulai menindihku. Dadaku deg-degan melihat adegan kami melalui kaca lemari itu. Gila batinku, kini aku yang telanjang digumuli oleh lelaki yang juga sedang telanjang, dan laki-laki itu bikan suamiku.
Indra kembali melumat bibirku. kali ini teramat lembut. Gilanya lagi, aku tanpa malu lagi membalas ciumannya. Lidahku kujulurkan untuk menggelitik rongga mulut Indra. Indra terpejam merasakan seranganku, sementara tangan kekarnya masih erat memelukku, seperti tidak akan dilepas lagi.
Bermenit-menit kami terus berpagutan saling memompa birahi masing-masing. Peluh kami mengucur deras dan berbaur ditubuhku dan tubuh Indra. Dalam posisi itu tiba-tiba kurasakan ada benda yang kenyal mengganjal diatas perutku.
Ohh, aku semakin terangsang luar biasa ketika kusadari benda yang mengganjal itu adalah batang kemaluan Indra. Tiba-tiba kurasakan batang zakar itu mengganjal tepat dibibir lubang kemaluanku. Rupanya Indra nekat berusaha memasukkan batang penisnya kevaginaku. Tentu saja aku tersentak.
"Ndra.. jangan dimasukkan..!" Kataku sambil tersengal-sengal menahan nikmat.
Aku tidak tahu apakah permintaan aku itu tulus , sebab disisi hatiku yang lain sejujurnya aku juga ingin merasakan betapa nikmatnya ketika batang kemaluan yang besar itu masuk kelubang vaginaku.
"Oke..kalau nggak boleh dimasukkan, kugesek-gesekkan dibibirnya saja ya," Jawab Indra juga dengan napas yang terengah-engah. Kemudian Indra kembali memasang ujung penisnya tepat dicelah vaginaku.
Sungguh aku deg-degan luar biasa ketika merasakan kepala batang penis itu menyentuh bibir vaginaku. Namun karna batang zakar Indra memang berukuran super besar, Indra sangat sulit memasukkannnya kedalam celah bibir vaginaku. Padahal jika aku bersetubuh dengan suamiku penis suamiku masih terlalu kekecilan untuk ukuran lubang senggamaku. Setelah sedikit dipaksa, akhirnya ujung kemaluan Indra berhasil menerobos bibir vaginaku.
Ya ampun, aku menggeliat hebat ketika ujung penis yang besar itu mulai menerobos masuk. Walau pun mulanya sedikit perih, tetapi selanjutnya rasa nikmatnya sungguh tiada tiara. Seperti janji Indra, penisnya berukuran jumbo itu hanya hanya digesek-gesekan dibibir vagina saja.
Meskipun hanya begitu, kenikamatan yang kurasa betul-betul membuatku hampir teriak histeris. Sungguh batang zakar Indra itu luar biasa nikmatnya. Indra terus menerus mamaju mundurkan batang penis sebatas dibibir vagina. keringat kami berdua semakin deras mengalir, semenatara mulut kami masih terus berpagutan.
"Ayoohh..ngoommoong saayang, giimaanna raasaanyaa," Kata Indra tersengal-sengal.
"Oohh..teeruuss..Ndraa..teeruss," ujarku sama-sama tersengal.
Entah bagaimana awal mulanya, tiba-tiba kurasakan batang kemaluan yang besar itu telah amblas semua kevaginaku. Bless, perlahan tapi pasti batang kemaluan yang besar itu melesak kedalam libang kemaluanku. Vaginaku terasa penuh sesak oleh batang penis Indra yang sangat besar itu.
"Lohh..? Ndraa..! Dimaassuukiin seemmua yah," Tanyaku.
"Tanguung, saayang. Aku nggak tahhan," Ujarnya dengan terus memompa vaginaku secara perlahan.
Entahlah, kali ini aku tidak protes. Ketika batang penis itu amblas semua divaginaku, aku hanya dapat terengah-engah dan merasakan kenikmatan yang kini semakin tertahankan. Begitu besarnya penis si Indra, sehingga lubang vaginaku terasa sangat sempit.
Sementara karena tubuhnya yang berat, batang penis Indra semakin tertekan kedalam vaginaku dan melesak hingga kedasar rongga vaginaku. Sangat terasa sekali bagaimana rasanya batang zakar menggesek-gesek dinding vaginaku.
Tanpa sadar aku pun mengimbangi genjotan Indra dengan menggoyang pantatku. Kini tubuh rampingku seperti timbul tenggelam diatas kasur busa ditindih oleh tubuh besar dan kekarnya Indra. Semakin lama, genjotan Indra semakin cepat dan keras, sehingga badanku tersentak- sentak dengan hebat. Clep..clep..clep begitulah bunyi batang zakar Indra yang terus memompa selangkanganku.
"Teerruss Nndraa..! Aakuu..nggaak..kuuaatt..!" Erangku berulang-ulang.
Sungguh ini permainan seks yang paling nikmat yang pernah kurasakan dalam sepuluh tahun ini. Aku sudah tidak berpikir lagi tentang kesetiaan kepada suamiku. Indra benar-benar telah menenggelamkan aku dalam gelombang kenikmatan.
Persetan, toh suamiku sendiri sudah tak bisa lagi memberikan aku kepuasan sedahsyat dan kenikmatan seperti ini. Tidak berapa lama kemudian, aku merasakan nikmat yang luar biasa disekujur tubuhku. Badanku mengelepar-gelepar dibawah genjetan tubuh Indra. Seketika itu seperti tidak sadar, kuciumi lebih berani bibir Indra dan kupeluk erat-erat.
"Nndraa..akkuu..haampiir..oorrgaassmmee..!" desahku ketika hampir mencapai puncak kenikamatan.
Tahu aku hampir orgasme, Indra semakin kencang menghunjam-hunjamkan batang kejantanannya keselangkanganku. Saat itu tubuhku semakin meronta-ronta dibawah dekapan Indra yang kuat. Akibatnya, tidak lama kemudian aku benar-benar mencapai klimaks.
"Kalauu..uudahh..orrgassme..ngoommoong..saayaang..biaarr..aakuu..ikuut..puuaas.!" Desah indra.
"Ooh..aauuhh..aakkuu..klimaks..Nndraa..!" Jawabku.
Seketika dengan refleks tangan kananku menjambak rambut Indra, sedangkan tangan kiriku memeluknya erat-erat. Pantatku kunaikkan keatas agar batang kemaluan si Indra dapat menancap sedalam- dalamnya. Setelah kenikmatan puncak itu, tubuhku melemas dengan sendirinya. Indra juga menghentikan genjotannya.
"Aku belum keluar sayang. Tahan sebentar ya. Aku terusin dulu," Ujarnya lembut sambil mengecup pipiku.
Gila aku bisa orgasme walaupun posisiku dibawah. Padahal jika dengan suamiku, untuk orgasme aku harus berposisi diatas dulu. Tentu saja ini semua karna Indra yang jauh lebih perkasa diabandingkan suamiku. Walau pun usia mereka terpaut jauh dan Indra jauh lebih muda. Selain itu batang kejantanannya memang sangat luar biasa besar dan nikmat luar biasa buat vagina perempuan.
Meskipun kurasakan sedikit ngilu, kubiarkan Indra memompa terus lubang vaginaku. Karena lelah, aku pasif saja saat Indra terus menggumuliku. Tanpa perlawanan, kini badanku yang kecil dan ramping benar-benar tenggelam ditindih tubuh atletis Indra.
Kulirik kebawah untuk melihat vaginaku yang dihajar batang kejantanan Indra. Gila, vaginaku dimasuki penis sebesar itu. Dan yang lebih gila lagi, batang zakar besar seperti itu nikmatnya tiada terkira. Indra semakin lama semakin kencang memompanya penisnya. Sementara mulutnya tidak henti-hentinya menciumi pipi, bibir dan buah dadaku.
Bibir dan salah satu tangannya menggarap kedua buah dadaku, sementara tangan yang satunya lagi mengusap-usap paha dan selangkangan kakiku. Mataku benar-benar merem melek merasakan kenikmatan itu. Sementara napasku juga semakin terengah-engah. Tiba-tiba Indra beranjak dan dengan cepat melepas semua pakaian yang menempel ditubuhnya. Kini ia sama denganku, telanjang bulat.
Mendapat rangsangan tanpa henti seperti itu tiba-tiba nafsuku bangkit kembali. Kurasakan kenikmatan mulai merambat lagi dari selangkanganku yang dengan kencang dipompa si Indra. Maka aku balik membalas ciuman Indra, semantara pantatku kembali berputar-putar mengimbangi penis Indra yang masih perkasa menusuk-nusuk lubang vaginaku.
"Ibuu ingiin..lagii..?" Tanya Indra.
"Eehh.." Hanya itu jawabku.
Kini kami kembali mengelapar-gelepar bersama. Tiba-tiba Indra bergulung, sehingga posisinya kini berbalik, aku diatas, Indra dibawah.
"Ayoohh gaantii..! Ibu sekarang di atas," Kata Indra.
Dengan posisi tubuh diatas Indra, pantatku kuputar-putar, maju mundur, kiri kanan, untuk mengocok batang penis Indra yang masih mengacung dilubang vaginaku. Dengan masih malu-malu aku juga ganti menjilati leher dan puting Indra. Indra yang telentang dibawahku hanya dapat merem melek karna kenikmatan yang kuberikan.
"Tuuh..bisa kaan..! Kaatanya tadi nggak bisa," kata si Indra sambil membalas menciumku dan meremas-remas buah dadaku.
Hanya selang lima menit saat aku diatas tubuh Indra, lagi-lagi kenimatan tak terkira menderaku. Aku semakin kuat menghunjam-hunjamkan vaginaku kebatang penis Indra. Tubuhku yang ramping makin erat mendekap Indra. Aku juga semakin liar membalas ciuman Indra.
"Nddraa.. aakuu.. haampiir.. orgasme.. laaggii.. ssaayaang..!" Kataku terengah-engah.
Tahu kalau aku akan orgasme lagi, Indra langsung bergulung membalikku, sehingga aku kembali dibawah. Dengan napas yang terengah-engah, Indra yang telah berada diatas tubuhku semakin cepat memompa selangkanganku. Tak ayal lagi, rasa nikmat tiada tara terasa disekujur tubuhku. Lalu rasa nikmat itu seperti mengalir dan berkumpul ke selangkanganku. Indra kupeluk sekuat tenaga, sementara napasku semakin tak menentu.
"Kalau mau orgasme ngomong sayang, biaar lepaass..!" Desah indra. Karna tidak kuat lagi menahan nikmat, aku pun mengerang keras.
"Teruss, terus , akuu..orgasme Ndraa..!" Desahku, sementara tubuhku masih terus menggelepar- gelepar dalam tindihan tubuh Indra.
Belum reda kenikmatan klimaks yang kurasakan, tiba-tiba Indra mendengus-dengus semakin cepat. Tangan kekarnya mendekapku erat-erat seperti ingin meremukkan tulang-tulangku. Ia benar-benar membuatku tak bisa bergerak, dan napasnya terus memburu. Genjotannya di vaginaku semakin cepat dan keras. Kemudian tubuhnya bergetar hebat.
"Buu, aku mau keluar sayang..!" Erangnya tidak tertahankan lagi.
Melihat Indra yang hampir keluar, pantatku kuputar-putar semakin cepat. Aku juga semakin erat memeluknya. Crot.. crot.. crott. Sperma Indra terasa sangat deras muncrat dilubang vaginaku. Indra memajukan pantatnya sekuat tenaga, sehingga batang kejantanannya benar-benar menancap sedalam-dalamnya di lubang kemaluanku.
Aku merasa lubang vaginaku terasa sangat hangat oleh cairan sperma yang mengucur dari kemaluan si Indra. Gila, sperma Indra luar biasa banyaknya, sehingga seluruh lubang vaginaku terasa basah kuyup. Bahkan karna sangking banyaknya, sperma Indra belepotan hingga ke bibir vagina dan pahaku. Berangsur-angsur gelora kenikmatan itu mulai menurun.
Untuk beberapa saat Indra masih menindihku, keringat kami pun masih bercucuran. setelah itu ia berguling kesampingku. Aku termenung menatap langit-langit kamar. Begitu pun dengan Indra. Ada sesal yang mengendap dihatiku. Kenapa aku harus menodai kesetiaan terhadap perkimpoianku, itulah pertanyaan yang bertalu-talu mengetuk perasaanku.
"Maafkan aku Bu Tika. Aku telah khilaf dan memaksa Ibu melakukan perbuatan ini," Ujar Indra dengan lirih. Aku tidak menjawab, kami berdua kembali termenung dalam alam pikiran masing-masing. Bermenit-menit kemudian tak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulut kami berdua.
"Heei sudah siang lho.. ayo pulang..!" Teriak kawan Indra disertai ketok pada pintu.
"Hayo Ndra, kamu apain Bu Atika sampai pintunya ditutup segala," Kelakar kawan Indra.
"Ah nggak apa-apa kok, kami cuma ketiduran tadi," Jawabku degan perasaan malu.
Sementara Indra cuma tersenyum. Seminggu sejak kejadian itu rasa sesal masih menderaku. Tetapi menginjak minggu kedua muncul rasa rindu pada Indra. Dadaku sering berdebar-debar kalau mengingat kenikamatan luar biasa yang telah diberikan Indra. Aku selalu terbayang keperkasaan Indra diatas ranjang, yang itu semua tidak dimiliki oleh suamiku yang dimakan usia.
Sementara aku yang rajin merawat tubuh malah makin ingin merasakan kenikmatan yang lebih. Maka sejak itu aku sering jalan-jalan dengan Indra. Bahkan hampir rutin sebulan dua sampai empat kali aku melepas hasrat pada Indra yang selalu melayaniku.
Post a Comment